Oleh
Fendi Chovi
Nak-kanak Komunitas blogger Plat-M,
fb.com/fendi chovi
...
dari rumah kos kediaman Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto itulah, para
pendiri bangsa ini sewaktu muda pernah belajar dan berdiskusi tentang
kebangsaan...
"SAYA tetap berharap rumah Tjokroaminoto
ini bisa menjadi rumah diskusi anak muda,” ungkap Eko Hadiratno, pengelola Rumah Peneleh, saat bedah buku Guru Bangsa :
Strategi Pendidikan Tjokroaminoto dalam Rumah Kos Soeharsikin, karya Rintahani Johan
Pradana di rumah HOS Tjokroaminoto,
Surabaya, Jumat (20/11/2015) malam.
Bedah buku
ini dihajat penerbit Pustaka Saga dan dihadiri beberapa praktisi sejarah
Surabaya serta mahasiswa dari berbagai kampus di Jawa Timur. Kurang lebih tiga
jam, peserta menikmati dan mendengarkan seputar proses penulisan buku tersebut.
Joe,
sapaan dari Rintahani Johan
Pradana menceritakan, buku tersebut terlahir karena penugasan
menyusun skripsi dan penggalan ide tersebut beberapa di antaranya dibagikan di
rubrik Citizen Reporter Harian Pagi Surya.
Bustomi,
pembedah mengupas beberapa keunikan buku dan data-data sejarah lain tentang
sejarah pergerakan HOS Tjokroaminoto.
“Rumah kos-kosan ini adalah salah satu bukti lahirnya para tokoh-tokoh bangsa
Indonesia. Anak-anak didikan Tjokroaminoto pun kreatif menulis juga. Itu
terlihat dari media-media yang ada di masa itu. Maka anak muda harus giat
menghidupkan budaya literasi dan aksi nyata untuk mengawal jalannya perubahan,”
papar Bustomi.
Diakui
Bustomi, selama proses literasi dan aksi nyata bersatu, maka gerakan nyata
untuk perubahan akan dirasakan masyarakat lebih dasyat pengaruhnya.
“Berdiskusilah
dan menulislah, maka pengaruhnya akan lebih besar dan ditakuti dari sekadar
demontrasi biasa,” imbuh Bustomi.
Berbeda
dengan Wawan Ismanto, pengurus Rumah Kepemimpinan PPSDM Surabaya ini menegaskan
bahwa buku karya Joe tersebut, setidaknya mendidik anak muda sebagai bagian
dari rumah perubahan itu harus bermula dari kos.
“Di buku Rumah
Bangsa ini ditegaskan bagaimana Tjokroaminoto menampung anak-anak muda dan
pada akhirnya bisa menjadi tokoh besar di Indonesia,” ujar Wawan.
“Sayangnya,
Tjokroaminoto memberikan kebebasan dan membiarkan anak-anak didiknya memilih
ideologi berbeda dan kadang bertentangan dengan Tjokroaminoto sendiri,” imbuh
wawan menyesalkan.
Namun,
Wawan mengaku terinsipirasi bahwa mengembleng anak muda harus dimulai dari
gagasan rumah perubahan dari kos-kosan, inilah rumah guru bangsa tersebut. Ini
penting dan sudah mulai dilihat oleh beberapa organisasi untuk mengembleng anak
muda,” tegas Wawan.
Artikel di atas di muat di Tribun ini link-nya