Minggu, 24 Januari 2016

Menggagas (Rumah) Perubahan


Oleh Fendi Chovi

Nak-kanak Komunitas blogger Plat-M,
fb.com/fendi chovi

... dari rumah kos kediaman Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto itulah, para pendiri bangsa ini sewaktu muda pernah belajar dan berdiskusi tentang kebangsaan...

"SAYA tetap berharap rumah Tjokroaminoto ini bisa menjadi rumah diskusi anak muda,” ungkap Eko Hadiratno, pengelola Rumah Peneleh, saat bedah buku Guru Bangsa : Strategi Pendidikan Tjokroaminoto dalam Rumah Kos Soeharsikin, karya Rintahani Johan Pradana di rumah HOS Tjokroaminoto, Surabaya, Jumat (20/11/2015) malam.
 
Peserta Bedah Buku di Rumah HOS Cokroaminoto

Bedah buku ini dihajat penerbit Pustaka Saga dan dihadiri beberapa praktisi sejarah Surabaya serta mahasiswa dari berbagai kampus di Jawa Timur. Kurang lebih tiga jam, peserta menikmati dan mendengarkan seputar proses penulisan buku tersebut.

Joe, sapaan dari Rintahani Johan Pradana menceritakan, buku tersebut terlahir karena penugasan menyusun skripsi dan penggalan ide tersebut beberapa di antaranya dibagikan di rubrik Citizen Reporter Harian Pagi Surya.

Bustomi, pembedah mengupas beberapa keunikan buku dan data-data sejarah lain tentang sejarah pergerakan HOS Tjokroaminoto. “Rumah kos-kosan ini adalah salah satu bukti lahirnya para tokoh-tokoh bangsa Indonesia. Anak-anak didikan Tjokroaminoto pun kreatif menulis juga. Itu terlihat dari media-media yang ada di masa itu. Maka anak muda harus giat menghidupkan budaya literasi dan aksi nyata untuk mengawal jalannya perubahan,” papar Bustomi.

Diakui Bustomi, selama proses literasi dan aksi nyata bersatu, maka gerakan nyata untuk perubahan akan dirasakan masyarakat lebih dasyat pengaruhnya.

“Berdiskusilah dan menulislah, maka pengaruhnya akan lebih besar dan ditakuti dari sekadar demontrasi biasa,” imbuh Bustomi.

Berbeda dengan Wawan Ismanto, pengurus Rumah Kepemimpinan PPSDM Surabaya ini menegaskan bahwa buku karya Joe tersebut, setidaknya mendidik anak muda sebagai bagian dari rumah perubahan itu harus bermula dari kos.

“Di buku Rumah Bangsa ini ditegaskan bagaimana Tjokroaminoto menampung anak-anak muda dan pada akhirnya bisa menjadi tokoh besar di Indonesia,” ujar Wawan.

“Sayangnya, Tjokroaminoto memberikan kebebasan dan membiarkan anak-anak didiknya memilih ideologi berbeda dan kadang bertentangan dengan Tjokroaminoto sendiri,” imbuh wawan menyesalkan.

Namun, Wawan mengaku terinsipirasi bahwa mengembleng anak muda harus dimulai dari gagasan rumah perubahan dari kos-kosan, inilah rumah guru bangsa tersebut. Ini penting dan sudah mulai dilihat oleh beberapa organisasi untuk mengembleng anak muda,” tegas Wawan.

Artikel di atas di muat di Tribun ini link-nya