Foto Tanda Tangan Tri Em di buku Kardono |
Rabu, 21 Desember 2016
Maafkan saya, Mas Kardono
Selasa, 20 Desember 2016
Semangat Kerja Ala Nabi Muhammad Saw
Menikmati Waktu dan Hidup
PERAYAAN tahun
baru 2015 telah kita lalui, tentu, kita menyaksikan begitu banyak panggung
hiburan tersaji di berbagai kota di seluruh tanah air menunggu pergantian tahun
tersebut. Orang-orang pun memadati jalan-jalan dan panggung-panggung hiburan
tersebut, kita pun boleh bertanya, “Akankah tahun baru hanya sebatas menikmati
hiburan?
Arsip tulisan di koran Suara Madura |
Al-Quran
Surat Al-Asr Ayat 1-3, mengingatkan, “Demi waktu, sesungguhnya manusia
berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang beriman, beramal shaleh, saling
berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran.
Begitulah.
Tuhan menegaskan tentang waktu yang seringkali berganti dan anjuran bagaimana
manusia melewati waktu tersebut agar dimanfaatkan untuk berjuang mengamalkan
kebaikan dan menghargai waktu dan hidup. Adapun panggung hiburan dan gegap
gempita saat menyambut tahun baru, hanya perayaan untuk mencari kesenangan
semata. Kalaupun manusia merayakannya. Itu hanya sebatas bukti, bahwa tidak semua
manusia suka pada sepi. Ruang bertakakur dan memikirkan nasib diri. Terlebih,
sepi terlalu melangit. Sedangkan manusia hidup dengan ruang dunia yang
berhampar gemerlap kemewahan. Sudahkah kita menyusun resolusi hidup di tahun
baru yang baru saja kita rayakan tersebut?
Itulah
semangat yang perlu ditanamkan dalam diri kita. Agar senantiasa menghargai
hidup dari waktu ke waktu. Menghargai hidup, berarti membuat hidup lebih
sejahtera, berkembang dan maju. Bagi orang-orang yang berpikiran maju, hidup
harus senantiasa dimaknai sebagai tangga demi tangga untuk mencapai target
kesuksesan yang kita impikan.
Proses
yang Tidak Pernah Berhenti …
Salah satu
target dalam hidup adalah meraih sukses. Sukses di tempat yang kita impikan.
Sukses di bidang yang kita minati. Tentu, keberhasilan semacam itu, tidak
sekadar pengharapan semata melainkan harus dilalui dengan perjuangan dan
semangat berproses dari tahun ke tahun untuk meningkatkan diri.
Tahun
baru, seharusnya dimaknai sebagai langkah untuk menghadirkan semangat baru
menuntaskan apa-apa yang telah kita mulai. Kita harus bangkit dan tumbuh
sebagai insan pembelajar, ya. Kita belajar untuk menjadi pribadi yang setia
pada proses untuk menjadi lebih baik, belajar pada apa yang telah kita lalui
dan menikmati prosesnya agar lebih maju. Kehidupan ini senantiasa berubah, kita
yang hanya diam, akan tertinggal oleh perubahan zaman tersebut.
Saat waktu
terus berganti dalam hitungan detik, menit dan jam maka kita perlu memikirkan
terus menerus, sejauh mana kita sudah melakukan kerja-kerja besar untuk
mewujudkan mimpi-mimpi tersebut.
Tahun baru
hanya soal waktu, dan waktu seperti diungkapkan oleh Norman Vince Peale saat
mengutip pendapat Russel M. Kemp, “Waktu tidak berwenang menyeret kita untuk
menjadi tua. Kita tidak hidup oleh karena waktu. Tetapi kita hidup dalam
kekuatan tuhan yang senantiasa ditanamkan dalam diri kita. Kekuatan hidup tidak
diatur dari sistem waktu. Sebab tuhan, seribu tahun itu sama saja
dengan waktu satu hari kemarin bagi manusia.
Jadi, saat
kita merayakan tahun baru, sebenarnya ada kekuatan tuhan yang disematkan pada
diri kita untuk lebih bertanggung jawab menggunakan dan memanfaatkan waktu
tersebut untuk urusan yang lebih baik. Maka, tak ada kesempatan lagi untuk
menyia-nyiakan semua apa yang telah diberikan tuhan tersebut. Kita harus
bangkit dan terus berkembang. Dengan cara apa, dengan cara setia kepada
resolusi mimpi yang telah kita buat.
Mungkin,
kita masih kurang maksimal saat mewujudkan mimpi tahun lalu. Tahun baru hadir
untuk memberikan kesempatan kepada kita kembali, untuk terus bergerak agar
mimpi itu terwujud. Tentu, kita harus membangunkan diri kita, agar terus
bekerja keras agar semua apa yang kita impikan bisa terwujud. Seperti ditulis
J. Syahban dalam bukunya Energi Ketuhanan untuk berbisnis saat mengutip
ungkapan penyair Lebanon, Khahlil Gibran (1833-1931), “Ketika kita bekerja,
sesungguhnya engkau sedang mewujudkan mimpi-mimpi milik dunia, yang selalu
menuntut kepadamu tentang kapan mimpi itu kapan terwujud.”
Pada
akhirnya, esensi hidup adalah sejauh mana kita selalu ingat kepada tuhan,
beramal shaleh dan saling berbagi nasehat agar kita menjadi hamba yang baik dan
terus bersabar. Sebab, hanya dengan bersabar, manusia akan mampu menuai semua
impian demi impian yang diharapkan.
Tulisan
ini dimuat di Harian Suara Madura tanggal 27 Januari 2015
Memaknai Insan Cita sebagai Ruh Kemajuan HMI
Menguatkan Kembali Etika Pembelajaran Di Sekolah
Mimpi Sejuta Dollar, Sebuah Cerita Penuh Haru
“Pernah aku berbicara kepada Alva, “Seandainya impian kita hanya khayalan
di siang bolong, apa yang akan kita lakukan?”
“Realistis dan terus berusaha,” Jawab Alva.
“Jangan-jangan, bukan hanya janji sukses Anthony Robbin yang tidak akan
terjadi, tetapi bertemu dia mungkin juga hanya mimpi,” aku
tertawa. “Mungkin saja selama ini kita hanya benar-benar bermimpi dan
berhenti sebatas mimpi.”
Petikan dialog di atas tersaji dengan sangat menarik di dalam buku “Mimpi
Sejuta Dollar” tentang Merry Riana, gadis sukses berpenghasilan 1 juta dollar
pada usia 26 tahun.
Buku karya Alberthiene Endah ini bercerita awal mula Merry Riana mengejar
cita-cita terbesarnya, termasuk keinginannya mengikuti pelatihan seorang
motivator kelas dunia, Antony Robbin. Yang kemudian menjadi inspirasi untuk
keberhasilannya di tahun-tahun selanjutnya.
Percakapan itu juga menggambarkan keraguan Merry Riana, impiannya bakal
terwujud, terutama saat berharap bisa bertemu Anthony Robbin karena seringnya
ia gagal. Menurut kabar untuk sekadar mengikuti pelatihan Antony Robbin harus
membayar sebesar 2.500 dolar atau 17,5 juta rupiah.
Merry Riana bertekad untuk mencapai kesuksesan di usia 26 tahun. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari usahanya yang benar-benar dasyat.
Ia memulai dengan satu tekad, yaitu sukses secara finansial di usia muda. Diceritakan, ‘Ia juga berkali-kali gagal ketika pertama kali memulai usaha, termasuk gagal uang 70 juta saat mencoba berbisnis saham."
Sejumlah penolakan serta kegagalan, menjadikan Merry Riana kenyang dengan berbagai pengalaman berharga, sehingga ia bisa mencari terobosan demi terobosan untuk mewujudkan impiannya. Sukses di usia muda. Setiap ia gagal, ia bukan malah berputus asa atau berhenti untuk mencari kesuksesan.
Ia melompat lebih tinggi dengan melihat dan mengevaluasi setiap pembelajaran kegagalan yang dialami.
Hasilnya, kita lihat saat ini. Merry Riana, sebagai mana dimuat di koran nasional Singapura, Straits Times pada 26 Januari 2007 bahwa ia berhasil menghasilkan satu juta dollar pertamanya di usia 26.
Kabar yang Tak Terduga
Satu hal yang layak dilihat dari perjalanan Merry Riana meraih kesuksesan,
yaitu keterlibatan Alva, kekasih yang kini menjadi suaminya.
Sejak kuliah di Nahyang Teknological University (NTU) di Singapura. Merry bertemu dengan sosok pemuda bernama, Alva Tjenerasa. Pertemuan itu bermula, ketika ia mencari sesuatu yang mendamaikan hati, salah satunya melalui kegiatan untuk mendalami pemahaman keagamaan di kampusnya. Sehingga dari itu, ia lebih rajin pergi ke Gereja untuk berdoa dan memahami Al-Kitab. Termasuk berdoa untuk mewujudkan cita-cita.
Selanjutnya, pertemuan dengan Alva, seolah memberikan berkah tersendiri bagi Merry. Alva digambarkan sebagai patner yang pinter memberikan motivasi serta menjadi teman diskusi yang menyenangkan.
Merry menikmati hari-harinya di kampus bersama Alva, termasuk saat pertama kali memimpikan harapan terbesar mereka berdua, menjadi pengusaha sukses di usia muda.
Suatu ketika, ibunya menelpon ria – panggilan akrab Merry Riana. Ibunda Merry mendengar kabar jika anaknya bekerja sebagai asuransi pada sebuah perusahaan.
Hal ini, diketahui setelah Luki, mahasiswa asal Indonesia merasa tertekan mendapat tawaran dari ria, untuk ikut asuransi juga. Lalu diceritakan kepada ibunya sendiri.
Nah, ibu luki kemudian menceritakan juga kepada ibunda ria, terkait persoalan yang dihadapi anaknya akibat ulah tingkah ria. Ibunya pun menyuruh ria untuk menghentikan semua usaha itu.
Mendengar hal tersebut, ria menjadi merasa tidak enak diri. Setelah selesai ibunya menelpon, kemudian ia menangis dan menangis mengingat semua ini dilakukan untuk membahagiakan orang tua, yaitu bebas finansial di usia muda. Namun, ibunya malah melarangnya.
Ketika Merry bersedih, Alva datang untuk memberikan motivasi.
“Alva, menemuiku malam itu, dan dia melihat mataku bengkak karena habis menangis. Kuceritakan semuanya kepada Alva. “ Apakah pilihan ini jelas bisa menjadi penjaga masa depan kita alva, sudah hampir masuk tiga bulan ketiga tapi apa yang kita raih masih begini-begini saja,” Aku mulai mulai merunduk.
Alva menatapku dengan simpati. Ia menghela nafas. “Ria, aku sadar, segala rasa sakit di hati dari pekerjaan ini kamu merasakan.
Tapi ketahuilah ria, kamu sangat luar biasa. Dari apa yang sudah kamu raih selama dua bulan ini, kamu sebetulnya sudah mencatat pencapaian yang tidak kalah dengan sales senior. Ingatlah tujuan kita untuk mencapai kesuksesan di usia muda dan membahagiakan keluarga.”
Kalimat Alva membangunkan energiku lagi. Perlahan-lahan kuhapus air mataku dan kutata lagi hidupku. Ya, hal semacam ini akan banyak terjadi dan aku harus siap.
Itulah kisah kesuksesan Merry Riana dengan dukungan cinta yang luar biasa, bagaimana denganmu?
Fendi Chovi, (Artikel ini ditulis untuk meresensi buku Mimpi Sejuta Dollar)