Minggu, 03 Mei 2015

Dibalik Tulisan yang Baik dan Rapi

Suatu hari ketika tidak ada jadwal kuliah dan kegiatan di kampus, bersama teman kami berkunjung ke kantor Harian Surya, salah satu perusahaan media yang cukup bergengsi di Jawa Timur.

 

Tujuanku bertemu Tri Hatma Ningsih, editor di koran ini sekaligus pengasuh rubrik citizen reporter. Sebuah rubrik yang menampung tulisan dari berbagai masyarakat yang tertarik menulis di Harian Surya.

 

Suasana di ruang redaksi masih sepi. Jam menunjukkan angka 13.00 dan baru pada pukul 15.00, suasana ruang redaksi sudah mulai ramai dengan orang yang sibuk di meja tugas mereka masing-masing. 

Bersama Tri Hatma di depan Kantor Harian Surya

Selama dua jam, aku melihat cara Tri Hatma mengedit tulisan. Aku duduk di sampingnya. Aku terus memerhatikan tulisan-tulisan yang dieditnya di layar komputer. Meskipun aku duduk disampingnya, dia tidak terlihat sama sekali terganggu.

 

Setelah mengedit empat tulisan dalam waktu yang singkat, dia mempersilahkanku duduk di kursi yang dia tempati tadi.

“Ayo, belajar edit !”

 

Dia mengambil satu artikel. Aku pun juga mulai mengedit. Dan ternyata apa yang aku edit juga masih jauh dari kata sempurna.  Dia menunjukkan kesalahan dari artikel yang aku edit.

 

Setelah berjuang nyaris tiga puluh menit, baru artikel  yang aku edit itu terlihat lebih menarik dan tentu ini berkat arahan-arahan dari Tri.

 

Dan setelah aku baca, ternyata artikel itu benar-benar menjadi sangat layak untuk diterbitkan. Sebuah artikel yang sebelumnya terlihat “amburadul” tetiba disulap sangat memikat.

 

Tahukah, itu artikel siapa?

 

Artikel itu kiriman dari warga yang ingin dimuat di rubrik citizen reporter di Harian Surya.

 

Di balik tulisan yang baik dan rapi. Selalu ada tangan-tangan para editor yang handal. Melalui tangan-tangan cekatan sang editor, tulisan yang buruk pun dipermak menjadi artikel yang cukup memikat dan menarik untuk dibaca.

 

Saat pamit untuk pulang, Tri memperkenalkanku kepada dua orang pria. Mereka adalah wakil pimpinan redaksi dan manager liputan.

Dan dipintu keluar ruang redaksi, Tri menyampaikan, “Tulisanmu juga sudah rapi dan bersih.”

 

“Jarang sekali dipermak dan diedit lagi,” tuturnya.

 

Mungkin Tri belum mengetahui untuk menulis satu artikel saja, aku perlu mengedit berkali-kali dan membacanya berulang-ulang. Sebelum artikel itu dikirim ke redaksi sebuah perusahaan media, apalagi sekelas Harian Surya.