Kamis, 03 September 2020

Sepotong Kisah Move dari Mantan

BERSAMA seorang teman, aku menikmati suasana sore hari di Kancakona Kopi. Sebuah kedai kopi yang homy dan memiliki kesan tersendiri untuk dijadikan tempat nongkrong di pinggiran kota Sumenep.

Cover Buku Cinta Segenggam Pasir


Sore itu kami benar-benar menikmati aneka obrolan menarik. Duduk bersama. Mendiskusikan banyak hal, terutama tentang cita-cita yang kami miliki. Sebagai anak muda, diskusi kami berkaitan erat dengan hak –hak atas hidup yang harus kami dapatkan serta kewajiban yang harus kami penuhi.

Teman itu menyampaikan jika tantangan hidup saat ini benar-benar membutuhkan kreatifitas dan perjuangan, terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari makan minum, tiket liburan dan tuntutan untuk hidup lebih layak.

Dengan gambaran hidup seperti itu, kita juga memerlukan motifasi tak tertulis untuk terus berpikiran maju ke depan.

“Kira-kira apa motifasi kamu untuk hidup lebih sukses dan rencana – rencanamu terwujudkan?” Tanya teman itu kepadaku.

“Mantan dan kenangan, “ jawabku.

Kami tertawa seketika.

“Ngga, bercanda ya,” kataku kepadanya.

“Tapi, tidak sedikit juga sih, dunia ini dihiasi pribadi-pribadi sukses karena mantan,” ujarnya kepadaku.

“Iya, aku juga memiliki sederet teman dengan kisah kesuksesan gegara mantan dan aku seringkali menjadi juru penasihatnya. Ha ha ha … “

Sejujurnya, aku kerapkali mengira memiliki mantan pacar dan kenangan itu merupakan hal buruk dan menyiksa batin untuk diingat. Namun, ternyata tidak sedikit orang yang sukses karena termotifasi oleh mantan kekasihnya.

Kepada teman ngobrol itu, aku berbagi cerita jika pernah memiliki seorang teman yang nyaris hidupnya berantakan dan hancur gara-gara putus dari pacarnya. Perempuan itu benar-benar menjadi harapannya dan bayangan ideal untuk membangun ikatan keluarga. Sebagai lelaki, dia berusaha agar bisa mewujudkan itu bersama-sama. Setelah mengarungi bahtera hubungan kasih sayang selama berbulan-bulan dan hati keduanya benar-benar saling menyayangi, ujian datang.

Dia ditunangkan atas permintaan ibu dan neneknya. Dia bilang tidak akan menolak permintaan ibunya sebagai wujud takzim kepada orang tua, walaupun dia beralibi jika hal itu karena terpaksa.

Temanku tentu heran sendiri. Menurutnya, pacarnya melanggar janji dan kesepakatan yang telah dibuatnya. Temanku itu juga tidak bisa mencegahnya, banyak alasan yang bisa disampaikan. Tapi, pertunangan itu dan pernikahan yang sebentar lagi akan berlangsung rasanya begitu menyiksa batinnya.

Kejadian itu benar-benar terasa menyiksa batinnya. Ia mulai menunjukkan perilaku aneh, batinnya butuh diobati dan dipulihkan.

Sebagai teman, aku mendatangi kosnya dan berbagi banyak dengannya. Aku mengingat pernah membaca buku “kitab cinta dan patah hati yang ditulis sinta yudisia, seorang penulis dari surabaya. Aku menemukan narasi yang bisa mewakili bagaimana jika seseorang terlanjur sakit hati karena putus cinta di buku itu.

“Teman dan waktu termasuk elemen penyembuh. Namun, tak selamanya. Yang mampu menyembuhkan sebuah penyakit adalah tuhan dan diri sendiri,” tulis sinta yudisia di bukunya. Penjelasan itu tersaji di halaman 108 dan memberi gambaran jika kita kadung sakit hati, untuk menyembuhkan luka batin itu hanya ada pada diri kita sendiri dan tuhan.

Aku memahami jika temanku yang lagi patah hati itu benar-benar butuh teman berbicara yang mengerti tentang apa yang telah terjadi pada dirinya. Aku mengingatkan, jika manusia sebagai hamba tinggal berdoa kepada allah swt. Agar memberikan jalan keluar dan hatinya dilapangkan untuk menerima kenyataan itu, dan semoga diberikan lingkaran pertemanan yang menguatkan batin bukan menjerumuskan pada cibiran yang merendahkan.

Tapi, yang terpenting adalah diri kita sendiri yang harus disadarkan untuk tidak bisa move on dan benar-benar siap melupakan dan memaafkan apa yang telah terjadi. Coba, buat apa kita  masih memikirkan hal yang sudah terlewati. Lebih baik fokus pada apa yang bisa dinikmati dan dijadikan semua yang sudah terjadi sebagai pembelajaran hidup.

Jadi, aku menyarankan kepada dia untuk tidak menempatkan mantan sebagai penghambat untuk maju. Tempatkanlah mantan sebagai motifasi tidak tertulis untuk kian meneguhkan perjalanan kesuksesan dalam hidup.

Setidaknya, mantan pacarnya itu dan kenangan demi kenangan yang pernah dilewati bersama pelan-pelan bisa dia lupakan. Saranku cukup sederhana tapi kudu dipraktikkan agar menjadi pembeda untuk bisa move on.

“Buatlah dia menyesal telah menjadi tidak serius ikut memperjuangkan cinta yang pernah kamu jalani bersama,” pintaku.

Cinta itu dilahirkan bukan semata-mata untuk mengenang sosok yang telah pergi, tapi juga mulai menghargai untuk hidup dengan yang datang menyayangi diri kita. Cinta itu dihadirkan untuk mengenang hal-hal terbaik yang kita miliki bersama pasangan tercinta yang setia berjalan bersama dalam suka duka.

Teman ngobrol itu tersenyum dan dia berkata padaku, “ seperti itulah yang seharusnya dimiliki para lelaki. Dilarang lebay dan menjual narasi mencintai yang tidak mendidik.”

Sejujurnya, cara terbaik untuk move on dari patah hati dan menjalin hubungan asmara dengan seseorang seharusnya dimulai dengan mindset baru untuk memulai hidup yang lebih asyik dan lebih sukses.

Hari ini bukan lagi jamannya ketika orang patah hati lalu bunuh diri dan stress. Hari ini adalah jaman aktualisasi diri dan memperbaiki kehidupan yang kita miliki. Ingatlah bahwa tuhan mempercayakan waktu yang kita miliki untuk dihargai sebagai proses penghambaan kepada-nya.

Waktu yang kita miliki harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Ketika kita terjebak dengan cara berpikir yang salah tentang asmara, maka kita akan mudah terjerumus pada definisi mencintai yang mencemaskan untuk dikenang dan diingat.

Teman ngobrolku itu bertanya,”apa yang akan kamu lakukan jika masih ingat mantan?”

“Mengingatnya, dan berjanji kepada diriku sendiri jika dia melihatku suatu hari nanti, dia melihatku sebagai lelaki yang lebih sukses daripada saat bersamanya,” ujarku.

Dia tersenyum dengan jawabanku itu.


Fendi Chovi, (Ditulis untuk Antologi Buku)

Cerita ini dimuat dalam antologi buku Cinta dan Segenggam Pasir : Antologi Kisah seru seputar Move on dan Patah Hati 32 penulis FLP Jawa Timur  tahun 2019