Minggu, 27 Desember 2020

Jihad, Benarkah Sekadar Melawan Kemungkaran?

Penggunaan kata jihad akhir-akhir ini sering menggema di ruang-ruang publik. Tidak jarang, segala bentuk pengrusakan rumah ibadah berbeda keyakinan serta tindakan terorisme dimulai dengan spirit jihad. Benarkah jihad semata-mata untuk melawan kemungkaran dengan cara seperti itu?

Rovi’i, salah satu penulis dari Bandung serta kader Muhammadiyah ini mengulas perihal jihad melalui buku yang cukup layak dijadikan cerminan bagaimana seharusnya umat islam, terlebih generasi mudanya memahami kata jihad dan spirit yang terkandung dalam kata itu dengan tindakan yang tepat.


Cover buku karya Rovi'i

Buku berjudul “Kalau Jihad Gak Usah Jahat : meneladani jihad akhlaq ala Rasulullah” ini, mengajak agar kita berefleksi, mungkin saja selama ini kita menerapkan semangat jihad dengan cara yang kurang benar dan itu akan menciderai citra Umat islam sendiri sebagai pengikut nabi yang mencintai kedamaian.

Buku dengan 158 halaman ini, mengemukakan definisi jihad dan beragam persoalan yang berkaitan dengan spirit jihad. Penulis mencatat bila kata jihad disebut sebaganyak 36 kali dalam beragam bentuknya. Istilah jihad dalam al-quran untuk menunjukkan perjuangan. Namun, tidak jarang kata jihad dipersempit maknanya. sehingga, tidak jarang spirit jihad selalu dikaitkan dengan perbuatan kekerasan, pertikaian dan terorisme di ruang publik.

Rovi’i memulai prolog dalam buku ini dengan memetakan tahapan ketika Nabi memulai gerakan dakwah untuk mengajak masyarakat menjadi bagian dari penganut agama Islam.

Menurut penulis buku ini, disebutkan selama 23 tahun Nabi menyebarkan dakwah. Nabi melaluinya hanya 2 tahun dan 3 bulan melalui dengan peperangan. (hlm. xx).

fase ketika di Mekah, kata jihad digunakan untuk persoalan etis, moral dan spiritual. Pada fase Madinah, terjadi pemaknaan baru tentang jihad sebagai perang fisik. Setelah Madinah kuat, jihad berubah menjadi berjuang melawan agresi orang-orang mekah.

Setidaknya, kisah ini memberikan gambaran bila Nabi sangat mengutamakan akhlaq dan sikap menjunjung tinggi perdamaian. Jihad digunakan untuk melawan kemungkaran, tetapi fungsi jihad lebih dari itu.

Ibnu Abbas menjelaskan jihad adalah mencurahkan segenap kekuatan dengan tidak takut untuk membela agama Allah dari cercaan dan permusuhan.

Buku ini memberi kita pengetahuan terkait kata jihad. Penulis juga menyebutkan pandangan Al-quran dan sahabat Nabi mengenai kata jihad. Melalui buku ini, pembaca diajak untuk memahami dan melihat agar kata jihad tidak dipakai dalam tindakan-tindakan yang bisa merugikan orang lain.

Dari buku ini, kita bisa memahami betapa jihad tidak selalu tentang melawan kemungkaran (dengan cara kekerasan dan merusak ruang ibadah umat berbeda keyakinan) dan bertentangan dengan ajaran islam yang menjunjung tinggi akhlak mulia dan menghargai kehormatan umat manusia.

Buku ini juga menawarkan hal-hal yang perlu dilakukan, yang tetap mengandung spirit jihad dalam upaya memberdayakan umat. Sehingga kita senantiasa memberikan kontribusi dan dampak yang signifikan sekaligus mewartakan agama islam sebagai agama pembawa kebaikan dan rahmah bagi alam semesta, terutama orang-orang di sekitar lingkungan kita.

dengan kemajuan teknologi informasi, umat islam sudah sepantasnya meneriakkan jihad untuk selalu mengembangkan kapasitas diri sebagai umat teladan di ruang publik.

Dunia kini kian maju, jihad kebaikan tidak sekadar dimulai dari lingkungan sekitar rumah, tetapi juga di dunia maya, dengan aktif berbagi konten positif untuk saling mengingatkan umat untuk menegakkan keadilan.

Jika kita seringkali melihat spirit jihad dengan hanya orang-orang yang merusak tatanan sosial dan kebudayaan dan senang menjadikan agama lain sebagai kambing hitam sasaran amarah. Buku ini sangat layak dibaca agar kita senantiasa menambah wawasan perihal jihad yang mungkin kita salah pahami arti dan penerapannya.

Rovi’i memang tidak salah menulis buku ini, sebab ruang-ruang publik yang kita tempati, yang semestinya harmonis seringkali ditumpahi gagasan-gagasan jihad dan membuat kita  saling meratapi setelah terjadi peristiwa-peristiwa pem-boman di beberapa tempat. Benar, kan?

 

Data Buku

Judul                : Kalau Jihad gak usah Jahat : meneladani jihad akhlaq ala rasulullah

Penulis              : Rovi’i

Penerbit            : Yayasan Islam Cinta Indonesia

cetakan             : Pertama, September 2018

Tebal                 : 158

Peresensi          : Fendi Chovi

 


0 komentar:

Posting Komentar