PERJALANAN menjadi
penulis tenar dan karya-karyanya disukai pembaca bukan proses yang singkat.
Setidaknya inilah yang diakui oleh J.K. Rowling, penulis novel Harry Potter.
Cover buku karya M. Arief Hakim |
J.K. Rowling, penulis dari Inggris
itu disebutkan memiliki kekayaan melebihi Ratu Elizabeth II dan pencapaiannya
sebagai penulis buku tentu menarik untuk diketahui. Kekayaan yang melimpah yang
didapat dari kegiatan tulis menulis, khususnya novel itu tentu tidak serta
merta turun dari langit begitu saja.
Melalui buku J.K. Rowling penulis terkaya sepanjang masa
yang ditulis M. Arief Hakim, menjadikan diri kita melihat episode kehidupan
dari si penulis terkenal ini.
Buku tipis dan hanya 134
halaman ini mengulas hal-hal terkait kehidupan J.K. Rowling, mulai dari keluarga
hingga proses menulis buku.
Menariknya, buku ini
dilengkapi dengan gambar-gambar, berupa foto-foto yang menampilkan wajah Rowling
saat menandatangi buku karyanya dan foto cover majalah ketika dinobatkan
sebagai penulis buku best seller.
Membaca buku ini, pembaca bisa
memahami, perjuangan apa saja yang sudah dilakukan Rowling dan darimana
inspirasi menulis novel itu hingga best
seller dan disukai oleh pembaca.
Dalam bab menulis sejak
kecil, Rowling mengisahkan bila dia
memiliki teman dekat rumahnya, bernama Potter. Potter itu nama kakak beradik
tetangga Rowling ketika masih kecil. Joe, panggilan masa kecil Rowling, sangat
menyukai nama itu.
Hal yang berbeda dengan
namanya sendiri. Menurut pengakuannya, Joe sangat tidak suka dengan namanya
sendiri, yang kerapkali menjadi bahan ejekan teman-temannya dengan sebutan
Rowling Stone.
Pada usia 6 tahun di saat teman-temannya belajar menulis, Joe sudah bisa menghasilkan buku berjudul Rabbit. “Sejak saat itu, aku selalu bercita-cita menjadi penulis dan sejak itu pula, aku sudah tidak bisa berhenti mengutak atik kata.” (hlm. 33).
Ketika lulus kuliah Joe
bekerja sebagai sekretaris, namun Joe menyebut dirinya sebagai sekretaris
terburuk sedunia. Sebab, ia lebih suka berkhayal dan menulis daripada menyimak
dan membuat notulensi rapat. Bahkan, saat tiba waktu makan siang di Pub atau
Cafe, dia memutuskan untuk menghabiskan waktunya menulis. Dan memikirkan nama
dan karakter untuk bukunya.
Dia menghabiskan
berbulan-bulan untuk mendapatkan ide cerita untuk bukunya. Pertengahan tahun
1990, dalam perjalanan kembali ke London dalam kereta yang sarat penumpang. Ide
tentang Harry Potter tiba-tiba muncul dibenaknya. (hlm. 48).
Dia mengungkapkan saat menunggu
kereta yang terlambat selama empat jam, ide tentang Harry Potter muncul
dibenakknya seketika lengkap dengan detailnya.
“Seorang
anak kecil berkacamata, berombat hitam acak-acakan dan tidak tahu bahwa itu
adalah seorang penyihir,” tuturnya seperti dikisahkan dalam buku
ini.
Namun, ketika ia hendak
menuliskan cerita itu dalam perjalanannya. Tiba-tiba pena yang digunakan tidak
berfungsi dengan baik. sedangkan dia sendiri malu untuk meminjam kepada orang
lain.
“Tapi
ketika ia tiba di rumah dan memegang bolpoin, detail ide tentang Harry Potter satu per satu perlahan-lahan
lenyap,” (hlm. 51).
Tidak ingin ide itu
lenyap, maka malam itu ide tentang Harry Potter yang pertama, yaitu Harry Potter and Philosopher’s Stone.
Perjalanan untuk
menyelesaikan novel itu berhadapan dengan kenyataan pahit ketika ibundanya
meninggal. Joe pun memulai babak baru dalam hidupnya. Demi mengobati luka hati
akibat ditinggalkan salah satu keluarganya. Joe pergi ke Portugal dan bekerja
sebagai guru bahasa Prancis. Di masa itu juga, dia berharap karyanya segera
selesai. Sayangnya, ia justru bertemu Jorge Arantes, seorang wartawan televisi
yang kemudian menjadi suaminya.
Namun, perjalanan
perkawinan itu tidak berjalan dengan mulus, terutama sejak kelahiran anak
pertamanya, Jessica. Mereka bercerai dan kehidupan Rowling kian terhimpit ke
dalam kemiskinan paling dasar. Ia harus menjadi orang tua tunggal dan
menghidupi diri yang saat itu juga belum sempat melamar pekerjaan.
Di masa itu, Joe
menyiasati untuk menemukan waktu yang tepat menulis di saat anaknya sedang
terlelap tidur. Joe pergi ke cafe dan memesan secangkir kopi espresso.
Pada titik ini, pergulatan
batin Joe untuk menyelesaikan novelnya memuncak, apalagi kemiskinan terus
membayangi dirinya.
Joe pun seringkali duduk
di cafe. Menulis dengan cara manual, menggunakan pulpen dan kertas dan menikmati
seteguk kopi espresso.
Joe sempat memikirkan
untuk menjadi pengajar. Namun, jika dia tidak menyelesaikan saat itu juga
novelnya itu, maka dia tidak akan pernah bisa menerbitkan bukunya.
Ia menyadari jika mengajar
seharian penuh, ditambah membuat bahan untuk mengajar dan memeriksa hasil
ulangan dan mengurus jessica, anaknya maka dia tidak akan memiliki waktu luang
untuk menulis.
Joe pun menyingkirkan
keinginannya untuk menjadi pengajar dan fokus menulis novelnya hingga selesai (hlm.
64).
Setelah dua tahun hidup
dalam himpitan kemiskinan, pada tahun 1995 novel Harry Potter and Philosoper’s Stone kelar. Joe pun mencari agen dan
penerbit untuk bukunya tersebut dari perpustakaan umum. sayangnya, beberapa
agen yang dikirimi tersebut menolak dan mengembalikan naskah itu pada hari itu
juga.
Banyak alasan novel itu
ditolak mulai tidak masuk akal, terlalu berkhayal dan kurang membumi. (hlm.
72).
Rowlng tidak putus asa. Ia
terus mencari agen untuk bukunya hingga akhirnya, ia bertemu dengan Christoper
Little, seorang agen penerbitan buku asal London.
Lalu, Christoper inilah
yang memberikan kabar kepada Joe bahwa Bloomsbury
Children’s Book mengajukan penawaran untuk membeli naskah itu.
Ajaib, sejak diluncurkan di
London pada 1997, buku ini disukai begitu
banyak pembaca dan kemudian mendapatkan medali emas Smarties Book Prize untuk
kategori anak-anak usia 9-11 Anak.
Jika ingin menikmati
kisah-kisah Rowling terutama saat buku Harry Potter laris manis di toko buku. Kemudian, menjadikannya kaya raya. Buku
ini perlu dibaca, Mari !
Data Buku
Judul : J.K.
Rowling Penulis Terkaya sepanjang Masa
Penulis
: M. Arief Hakim
penerbit
: Penerbit NUANSA
Cetakan
: 2011
Tebal : 134
Halaman
Presensi
: Fendi Chovi
0 komentar:
Posting Komentar