Beberapa waktu lalu,
publik Indonesia dibuat heboh dengan kedatangan Hari Valentine yang jatuh pada
Sabtu, (14/2). Perayaan Valentine mendapatkan penolakan keras dari sejumlah
umat muslim. Berbagai aksi digelar untuk menolak perayaannya.
Hari Valentine dianggap
lebih condong menjadi ajang menabur kemaksiatan di kalangan pemuda daripada
menebarkan kasih sayang yang sebenarnya. Lalu apa yang salah dari Hari
Valentine sehingga memunculkan reaksi sengit dan penentang itu?
Ternyata, tradisi
perayaan Hari Valentine menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke
Indonesia. tidak sedikit para pemuda merayakan hari itu bersama pasangannya.
Kaum muda akan selalu berbicara cinta dan kasih sayang sesuai selera dan kemauannya.
Meski itu kadang
bertentangan dengan aturan halal dan haram dalam agama islam. sebenarnya, inti
perlawanan dan penentangnya tersebut karena hari valentine lebih banyak membuat
pemuda terbawa arus gelombang kebebasan, mengumbar hawa nafsu daripada menabur
kasih sayang yang sebenarnya.
Kasih sayang yang
menguatkan, memberikan kenyamanan, dan perlindungan. Maka, anjuran menolak Hari
Valentine pun marak. Karena, selain tradisi ini besarl dari luar islam, tradisi
ini juga mencampurbaurkan antara yang halal dan haram dalam konteks hubungan
anak manusia. Dalam islam tidak ada aturan merayakan hari kasih sayang pada
hari-hari tertentu sebab kasih sayang harus tetap dirayakan setiap hari, dalam
suka atau duka. Kasih sayang tetap harus disebarkan. Nah, dalam konteks hari
Valentine, kasih sayang tersebut justru disalahgunakan karena lebih bermuatan
kemaksiatan daripada merayakan cinta.
Tentu merayakan kasih
sayang karena unsur cinta kepada pasangan adalah sesuatu yang dianjurkan dan
ini akan berbuah pahala. Tetapi, berbagi kasih sayang kepada seseorang terlebih
yang mah belum ada ikatan pernikahan merupakan salah satu ujian terberat
keimanan seseorang.
Felix Y Siauw dalam
bukunya Udah Putusin Saja menyampaikan bahwa punya cinta tidak berarti harus
mengumbar cinta, kan? Mencinta tidak berarti membolehkan segala yang dilarang
Allah SWT, kan?
Itulah sebabnya
perayaan Hari Valentine harus ditentang. Perayan ini bukan saja membuat cinta
hanya sebagai komoditas- lewat hadiah-hadiah, cokelat, bunga, lilin, dan
berbagai jenis lainnya melainkan juga
membuat semangat penyimpangan dalam generasi Muslim menjadi semakin parah.
Ustad Anis Matta dalam
buku Serial Cinta menulis bahwa inti cinta adalah pelajaran bagaimana menjadi
lebih baik dan berkesinambungan. Tentu merayakan cinta merupakan sebuah upaya
agar cinta bertambah lebih menyenangkan dijalani dan dilalui, dan cinta pun
akan tumbuh bersemi.
Tetapi, merayakan cinta
lewat momentum apalagi terpaku pada sesungguhnya membuat cinta hanya sebagai
tradisi. Padahal, cinta harus dirayakan setiap hari. maka tak salah kalau
merayakan cinta di lahan yang salah. Tentu ini sebuah penyimpangan, bukan?
Bagaimana menurut Anda?
NB : Tulisan ini pernah dimuat di kolom Harian Republika. Saya lupa tanggalnya, tks.
0 komentar:
Posting Komentar