Selasa, 20 Desember 2016

Menikmati Waktu dan Hidup

PERAYAAN tahun baru 2015 telah kita lalui, tentu, kita menyaksikan begitu banyak panggung hiburan tersaji di berbagai kota di seluruh tanah air menunggu pergantian tahun tersebut. Orang-orang pun memadati jalan-jalan dan panggung-panggung hiburan tersebut, kita pun boleh bertanya, “Akankah tahun baru hanya sebatas menikmati hiburan?

 

Arsip tulisan di koran Suara Madura

Al-Quran Surat Al-Asr Ayat 1-3, mengingatkan, “Demi waktu, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang beriman, beramal shaleh, saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran.

 

Begitulah. Tuhan menegaskan tentang waktu yang seringkali berganti dan anjuran bagaimana manusia melewati waktu tersebut agar dimanfaatkan untuk berjuang mengamalkan kebaikan dan menghargai waktu dan hidup. Adapun panggung hiburan dan gegap gempita saat menyambut tahun baru, hanya perayaan untuk mencari kesenangan semata. Kalaupun manusia merayakannya. Itu hanya sebatas bukti, bahwa tidak semua manusia suka pada sepi. Ruang bertakakur dan memikirkan nasib diri. Terlebih, sepi terlalu melangit. Sedangkan manusia hidup dengan ruang dunia yang berhampar gemerlap kemewahan. Sudahkah kita menyusun resolusi hidup di tahun baru yang baru saja kita rayakan tersebut? 

 

Itulah semangat yang perlu ditanamkan dalam diri kita. Agar senantiasa menghargai hidup dari waktu ke waktu. Menghargai hidup, berarti membuat hidup lebih sejahtera, berkembang dan maju. Bagi orang-orang yang berpikiran maju, hidup harus senantiasa dimaknai sebagai tangga demi tangga untuk mencapai target kesuksesan yang kita impikan.

 

Proses yang Tidak Pernah Berhenti …

Salah satu target dalam hidup adalah meraih sukses. Sukses di tempat yang kita impikan. Sukses di bidang yang kita minati. Tentu, keberhasilan semacam itu, tidak sekadar pengharapan semata melainkan harus dilalui dengan perjuangan dan semangat berproses dari tahun ke tahun untuk meningkatkan diri.

 

Tahun baru, seharusnya dimaknai sebagai langkah untuk menghadirkan semangat baru menuntaskan apa-apa yang telah kita mulai. Kita harus bangkit dan tumbuh sebagai insan pembelajar, ya. Kita belajar untuk menjadi pribadi yang setia pada proses untuk menjadi lebih baik, belajar pada apa yang telah kita lalui dan menikmati prosesnya agar lebih maju. Kehidupan ini senantiasa berubah, kita yang hanya diam, akan tertinggal oleh perubahan zaman tersebut.

 

Saat waktu terus berganti dalam hitungan detik, menit dan jam maka kita perlu memikirkan terus menerus, sejauh mana kita sudah melakukan kerja-kerja besar untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut.

 

Tahun baru hanya soal waktu, dan waktu seperti diungkapkan oleh Norman Vince Peale saat mengutip pendapat Russel M. Kemp, “Waktu tidak berwenang menyeret kita untuk menjadi tua. Kita tidak hidup oleh karena waktu.  Tetapi kita hidup dalam kekuatan tuhan yang senantiasa ditanamkan dalam diri kita. Kekuatan hidup tidak diatur dari sistem waktu.  Sebab tuhan, seribu tahun  itu sama saja dengan waktu satu hari kemarin bagi manusia.

 

Jadi, saat kita merayakan tahun baru, sebenarnya ada kekuatan tuhan yang disematkan pada diri kita untuk lebih bertanggung jawab menggunakan dan memanfaatkan waktu tersebut untuk urusan yang lebih baik. Maka, tak ada kesempatan lagi untuk menyia-nyiakan semua apa yang telah diberikan tuhan tersebut. Kita harus bangkit dan terus berkembang. Dengan cara apa, dengan cara setia kepada resolusi mimpi yang telah kita buat.

 

Mungkin, kita masih kurang maksimal saat mewujudkan mimpi tahun lalu. Tahun baru hadir untuk memberikan kesempatan kepada kita kembali, untuk terus bergerak agar mimpi itu terwujud. Tentu, kita harus membangunkan diri kita, agar terus bekerja keras agar semua apa yang kita impikan bisa terwujud. Seperti ditulis J. Syahban dalam bukunya Energi Ketuhanan untuk berbisnis saat mengutip ungkapan penyair Lebanon, Khahlil Gibran (1833-1931), “Ketika kita bekerja, sesungguhnya engkau sedang mewujudkan mimpi-mimpi milik dunia, yang selalu menuntut kepadamu tentang kapan mimpi itu kapan terwujud.”

 

Pada akhirnya, esensi hidup adalah sejauh mana kita selalu ingat kepada tuhan, beramal shaleh dan saling berbagi nasehat agar kita menjadi hamba yang baik dan terus bersabar. Sebab, hanya dengan bersabar, manusia akan mampu menuai semua impian demi impian yang diharapkan.

 

Tulisan ini dimuat di Harian Suara Madura tanggal 27 Januari 2015

 

0 komentar:

Posting Komentar