Selasa, 20 Desember 2016

Semangat Kerja Ala Nabi Muhammad Saw

BEKERJA merupakan salah satu langkah untuk mencukupi kebutuhan hidup, meraih penghasilan tambahan, menumbuhkan kreativitas serta mengembangkan kemampuan diri dalam meraih kekayaan. Dengan bekerja, manusia akan hidup mandiri dan belajar menikmati hasil usaha dari jerih payahnya sendiri.

Semangat bekerja akan melahirkan manusia-manusia aktif serta tidak pengangguran. Tidak mengherankan, kalau Presiden Joko Widodo mengajak kita untuk merevolusi mental dengan lebih aktif bekerja. Semangat bekerja, bekerja dan bekerja, memang perlu ditumbuhkan kembali dalam diri anak manusia. Sebab bekerja, adalah langkah yang tepat untuk menjadikan bangsa ini dan diri kita lebih maju.

Dan sangat relevan, jika momentum perayaan maulid nabi Muhammad Saw 1436 H. saat ini seharusnya menjadi semangat baru bagi kalangan umat muslim untuk meneladani sikap nabi, sbagai hamba yang cinta kerja. Kita perlu mendengarkan kembali, bagaimana nabi juga pernah memuji-muji manusia yang suka bekerja untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-bari.

Dalam kitab Al-Tabarruk, seperti dituliskan kembali oleh Jalaluddin Rahmat dalam bukunya “Islam Aktual” dikisahkan, lihatlah bagaimana Sa’d bin Mu’adz Al-Anshari berkisah tentang penghormatan nabi Muhammad kepada dirinya. Suatu hari, setelah pulang dari perang tabuk. Rasullullah melihat tangan Sa’d menghitam dan melepuh. “Kenapa tanganmu, tanya Rasulullah Saw. “Karena diakibatkan oleh palu dan sekop besi yang saya gunakan untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, jawab Sa’d. Mendengarkan itu, nabi lalu mengambil tangan Sa’d lalu menciumnya seraya berkata, “ Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.

Begitulah. Rasulullah sangat menghargai para sahabatnya, yang senantiasa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak segan, nabi pun mencium tangan kasar dan melepuh itu seraya memberikan motivasi kepada orang tersebut. Kisah di atas, merupakan salah satu fragmen menarik dari kehidupan Rasullullah yang selalu berupaya menyadarkan umatnya, terutama sahabat-nya untuk menjadi pekerja keras, bukan pemalas, apalagi pengangguran.

Menumbuhkan Etos Kerja Sejak Kecil

Kalau kita ingin melihat kembali perjalanan kisah sukses nabi Muhammad dalam mengemban dakwah islam, menjadi kepala rumah tangga serta menjadi panglima perang, salah satunya yaitu membangun mental kerja. Terbukti, sejak kecil, nabi Muhammad Saw tidak pernah berpangku tangan. Nabi aktif mengembala kambing membantu pamannya dan ketika remaja, nabi ikut berwirausaha ke berbagai negara di luar tanah mekkah. Prestasi kerja berwirausaha mendunia tersebut, merupakan salah satu bentuk bahwa nabi Muhammad memiliki etos kerja yang mengagumkan.

Dengan membudayakan semangat bekerja, manusia belajar untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bersikap mandiri serta tidak tergantung kepada belas kasih orang lain. Dengan bekerja, manusia akan memiliki penghasilan dan bisa menabung serta menyisihkan untuk biaya liburan, biaya membeli kebutuhan hidup dan kegiatan yang lain. Nah, kalau kita berani mengatakan rasa cinta kepada Rasullullah Saw, maka kita pun akan mencontoh salah satu sikap yang ada pada diri beliau, salah satunya yaitu giat bekerja.

Maka, mengajarkan anak-anak untuk bekerja adalah langkah yang tepat agar mereka terbiasa hidup aktif, bergerak, mandiri dan memiliki kebiasaan yang baik.

Bukan sekadar Memenuhi Kebutuhan Hidup

Saat kita bekerja, kita sebenarnya ikut serta untuk menjadikan diri kita lebih kreatif, bertanggung jawab dan berani menghadapi tantangan. Dan tentu, salah satu tujuan dari bekerja itu, yaitu memenuhi kebutuhan hidup dan  tidak kalah menariknya, kalau kita bisa menyumbangkan sedikit dari penghasilan kita untuk membantu orang lain.

Manusia, mengutip pendapat Aristoteles, sebagai Zoon Politicon atau “makhluk sosial”, sangat tidak bisa terlepas hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Manusia merupakan makluk sosial, yang setiap hari bersentuhan dan berdampingan dengan orang lain. Mereka tidak akan hidup sendirian. Untuk itu, ketika kita memiliki rejeki dan tambahan penghasilan yang berlipat, maka kita juga bertanggung jawab untuk ikut serta membantu orang-orang tidak mampu di sekitar kita.

Akhirnya, kita memahami, bahwa bekerja lalu menjadi kaya dan hidup berkecukupan, merupakan proses panjang dari kerja-kerja kreatif yang kita lakukan. Tetapi, ketika kita kaya. Kita harus ingat bahwa ada hak orang miskin di setiap rejeki yang kita peroleh. Dengan demikian, kita ikut belajar berbagi, menjadi dermawan dan hidup sukses, terhormat dan tidak menjadi pengangguran.

Maka, ketika kita masih ragu-ragu untuk membantu orang lain. kita perlu mengingat sabda Nabi Muhammad Saw, “Tangan yang di atas, lebih baik daripada tangan di bawah”. Makna tersirat dari hadist tersebut, memberi itu lebih mulia daripada jadi peminta-minta. Tentu, kita akan menjadi pemberi, kalau kita sudah bekerja. Iya, kan?

Fendi Chovi (Ditulis untuk Menyambut Moment Maulid Nabi Saw) 

Artikel ini dimuat di Harian Kabar Madura edisi 26 Januari 2015

0 komentar:

Posting Komentar