BEKERJA merupakan salah satu langkah untuk
mencukupi kebutuhan hidup, meraih penghasilan tambahan, menumbuhkan kreativitas
serta mengembangkan kemampuan diri dalam meraih kekayaan. Dengan bekerja,
manusia akan hidup mandiri dan belajar menikmati hasil usaha dari jerih
payahnya sendiri.
Semangat bekerja akan melahirkan manusia-manusia
aktif serta tidak pengangguran. Tidak mengherankan, kalau Presiden Joko Widodo
mengajak kita untuk merevolusi mental dengan lebih aktif bekerja. Semangat
bekerja, bekerja dan bekerja, memang perlu ditumbuhkan kembali dalam diri anak
manusia. Sebab bekerja, adalah langkah yang tepat untuk menjadikan bangsa ini
dan diri kita lebih maju.
Dan sangat relevan, jika momentum perayaan maulid
nabi Muhammad Saw 1436 H. saat ini seharusnya menjadi semangat baru bagi
kalangan umat muslim untuk meneladani sikap nabi, sbagai hamba yang cinta
kerja. Kita perlu mendengarkan kembali, bagaimana nabi juga pernah memuji-muji
manusia yang suka bekerja untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-bari.
Dalam kitab Al-Tabarruk, seperti
dituliskan kembali oleh Jalaluddin Rahmat dalam bukunya “Islam Aktual”
dikisahkan, lihatlah bagaimana Sa’d bin Mu’adz Al-Anshari berkisah tentang
penghormatan nabi Muhammad kepada dirinya. Suatu hari, setelah pulang dari
perang tabuk. Rasullullah melihat tangan Sa’d menghitam dan melepuh. “Kenapa
tanganmu, tanya Rasulullah Saw. “Karena diakibatkan oleh palu dan sekop besi
yang saya gunakan untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, jawab
Sa’d. Mendengarkan itu, nabi lalu mengambil tangan Sa’d lalu menciumnya seraya
berkata, “ Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.
Begitulah. Rasulullah sangat menghargai para
sahabatnya, yang senantiasa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak
segan, nabi pun mencium tangan kasar dan melepuh itu seraya memberikan motivasi
kepada orang tersebut. Kisah di atas, merupakan salah satu fragmen menarik dari
kehidupan Rasullullah yang selalu berupaya menyadarkan umatnya, terutama
sahabat-nya untuk menjadi pekerja keras, bukan pemalas, apalagi pengangguran.
Menumbuhkan Etos Kerja Sejak Kecil
Kalau kita ingin melihat kembali perjalanan kisah
sukses nabi Muhammad dalam mengemban dakwah islam, menjadi kepala rumah tangga
serta menjadi panglima perang, salah satunya yaitu membangun mental kerja.
Terbukti, sejak kecil, nabi Muhammad Saw tidak pernah berpangku tangan. Nabi
aktif mengembala kambing membantu pamannya dan ketika remaja, nabi ikut
berwirausaha ke berbagai negara di luar tanah mekkah. Prestasi kerja
berwirausaha mendunia tersebut, merupakan salah satu bentuk bahwa nabi Muhammad
memiliki etos kerja yang mengagumkan.
Dengan membudayakan semangat bekerja, manusia
belajar untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bersikap mandiri serta
tidak tergantung kepada belas kasih orang lain. Dengan bekerja, manusia akan
memiliki penghasilan dan bisa menabung serta menyisihkan untuk biaya liburan,
biaya membeli kebutuhan hidup dan kegiatan yang lain. Nah, kalau kita berani
mengatakan rasa cinta kepada Rasullullah Saw, maka kita pun akan mencontoh
salah satu sikap yang ada pada diri beliau, salah satunya yaitu giat bekerja.
Maka, mengajarkan anak-anak untuk bekerja adalah
langkah yang tepat agar mereka terbiasa hidup aktif, bergerak, mandiri dan
memiliki kebiasaan yang baik.
Bukan sekadar Memenuhi Kebutuhan Hidup
Saat kita bekerja, kita sebenarnya ikut serta
untuk menjadikan diri kita lebih kreatif, bertanggung jawab dan berani
menghadapi tantangan. Dan tentu, salah satu tujuan dari bekerja itu, yaitu
memenuhi kebutuhan hidup dan tidak kalah menariknya, kalau kita bisa
menyumbangkan sedikit dari penghasilan kita untuk membantu orang lain.
Manusia, mengutip pendapat Aristoteles, sebagai Zoon
Politicon atau “makhluk sosial”, sangat tidak bisa terlepas hubungan
dengan orang-orang di sekitarnya. Manusia merupakan makluk sosial, yang setiap
hari bersentuhan dan berdampingan dengan orang lain. Mereka tidak akan hidup
sendirian. Untuk itu, ketika kita memiliki rejeki dan tambahan penghasilan yang
berlipat, maka kita juga bertanggung jawab untuk ikut serta membantu
orang-orang tidak mampu di sekitar kita.
Akhirnya, kita memahami, bahwa bekerja lalu
menjadi kaya dan hidup berkecukupan, merupakan proses panjang dari kerja-kerja
kreatif yang kita lakukan. Tetapi, ketika kita kaya. Kita harus ingat bahwa ada
hak orang miskin di setiap rejeki yang kita peroleh. Dengan demikian, kita ikut
belajar berbagi, menjadi dermawan dan hidup sukses, terhormat dan tidak menjadi
pengangguran.
Maka, ketika kita masih ragu-ragu untuk membantu
orang lain. kita perlu mengingat sabda Nabi Muhammad Saw, “Tangan yang di atas,
lebih baik daripada tangan di bawah”. Makna tersirat dari hadist tersebut,
memberi itu lebih mulia daripada jadi peminta-minta. Tentu, kita akan menjadi
pemberi, kalau kita sudah bekerja. Iya, kan?
Fendi Chovi (Ditulis untuk Menyambut Moment Maulid Nabi Saw)
Artikel ini dimuat di Harian Kabar Madura edisi 26 Januari 2015
0 komentar:
Posting Komentar