Selasa, 20 Desember 2016

Memaknai Insan Cita sebagai Ruh Kemajuan HMI

Dirgahayu ke-68 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tahun 2015 ini, setidaknya menjadi catatan penting bagi perkembangan dan kemajuan untuk organisasi yang turut mewarnai pemikiran generasi muda Indonesia tersebut.

Bagaimanapun, kita harus akui, Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI, adalah organisasi besar yang tumbuh di Indonesia. Dibawah sentuhan Lafran Pane, sang pioneer, HMI mampu melahirkan orang-orang yang namanya tak asing di ranah politik ataupun pemikiran islam. Sebut saja, Yusuf Kalla, kini wakil presiden Indonesia, dan Nurcholis Majid, salah satu pemikir kontemporer yang cukup disegani tidak hanya di Indonesia. Mereka adalah alumni yang dikader di laboratorium Himpunan Mahasiswa Islam dengan semangat insan cita, sebagai ruh pemompa kemajuan kader-kader HMI.

Tentu, keberhasilan kader HMI di masa lalu, harus mampu dijadikan sebagai warisan positif agar generasi HMI di masa mendatang, pun lebih sukses lagi. Terlebih, momemtum perayaan ulang tahun HMI tanggal 5 Februari yang baru terlewati, seharusnya mampu menjadi kan semangat juang anak-anak HMI bangkit kembali.

Memaknai Insan Cita HMI

Untuk memaknai insan cita, apalagi hendak menerapkannya di dalam misi mendidik mahasiswa maka perlu diingat bahwa syarat menjadi HMI sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan adalah mendidik anggota yang sadar bukan penurut. Mahasiswa yang aktif di HMI diharapkan bahwa mereka benar-benar sadar untuk ikut berproses menjadi, tumbuh dan berkembang dan berpikiran maju, bukan kader yang menuruti ajakan teman-teman, kakak, guru. Setidaknya, dengan kesadaran tersebut, membuktikan bahwa kader HMI adalah kader-kader yang siap mengemban tugas, menjalankan kegiatan diskusi, dialog dan berbicara tentang narasi perjuangan bangsa di tangan mahasiswa. Maka, dengan kesadaran tersebut, sikap militansi dan semangat untuk menghidupkan budaya diskusi, membaca dan menuliskan pemikiran bisa terbangun secara aktif di HMI.

Nah, seperti dikemukakan dalam buku Pergolakan Pemikiran Islam : Sebuah Catatan Harian karya Ahmad Wahib bahwa emosi insan cita akan melahirkan  scientific creativity atau developed creativity maka Insan Cita HMI adalah mereka, kader HMI yang berkemampuan akademis, bersikap hidup kreatif dan berwatak pengabdi dan bernafaskan islam.

Insan cita HMI merupakan cermin dari wajah-wajah prestasi perjuangan anak-anak HMI. Jangan sampai kita menjadi anggota HMI, Mengutip Sartre- tetapi perilaku kita tidak otentik dengan semangat orang-orang HMI. Itulah yang harus menjadi nafas bagi mahasiswa, yang ikut andil menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Islam. Nah, bagaimana menjalankan peran HMI sebagai insan  cita?

Untuk itu, salah satu bukti konkret terlaksanya penerapan insan cita HMI di tubuh aktivis HMI di dalam diri mahasiswa, terlihat saat mahasiswa memiliki indek prestasi (IP-nya) yang mengagumkan, tidak apatis untuk aksi turun ke jalan (baca : demontrasi), meneriakkan perlawanan pada kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Mereka adalah kader HMI yang mengamalkan insan cita.  Sebaliknya, jika kader HMI terlalu memprihatinkan secara akademis, pemikiran, ataupun rekam jejak yang baik. Barangkali, mereka adalah mahasiswa yang kehilangan “ruh” insan cita yang ada pada HMI.  

Untuk itu, semangat memaknai insan cita dan mengaplikasikannya dalam nuansa dunia akademik di kalangan mahasiswa ataupun ketika keluar dari perguruan tinggi menjadikan mereka sebagai generasi yang siap mengemban tanggung jawab sosial dalam urusan kebangsaan.

Dari Universitas untuk Indonesia 

Perguruan tinggi, adalah panggung pembelajaran bagi mahasiswa untuk menempa keterampilan diri, bermental pemenang, memiliki keuletan, dan mampu mengelola organisasi. Maka, tidak mengherakan lulusan sebuah Universitas merupakan harapan terbaik sebagai pemimpin bangsa di masa-masa yang akan datang. Terlebih trifungsi mahasiswa menegaskan bahwa mahasiswa adalah agent of change, sosial control dan man of analisis yang tugasnya berperan sebagai pengganti generasi terdahulu untuk mengambil posisi dalam mempertahankan kemajuan bangsa. Maka, sebagai mahasiswa, kader HMI harus ikut ambil posisi untuk membuat diri lebih matang dalam menanggung tanggung jawab dalam dunia akademik, organisasi ataupun prestasi.
Dokumentasi Pribadi. Kliping tulisan dimuat di koran

Sebagaimana diungkapkan Ahmad Wahib, pemuda kelahiran Sampang ini, menguraikan bahwa emosi insan cita HMI akan melahirkan sikap scientific creativity atau developed creativity, setidaknya bisa dimaknai bahwa kader HMI merupakan mahasiswa yang siap menghasilkan kreativitas berbau ilmiah, salah satunya yaitu menghidupkan kajian-kajian semisal dialog seputar kebangsaan, keagamaan, mencari solusi atas berbagai tantangan bangsa di masa mendatang. Dan terlebih menghidupkan spirit berkreativitas sesuai misi trifungsi mahasiswa yang salah satunya adalah sebagai agent of change, maka mahasiswa aktivis HMI, harus mampu berkarya, mendidik, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Tentu, dengan pelajaran penting selama jadi mahasiswa, maka kader HMI hanya menunggu waktu untuk memerankan tugasnya di kehidupan yang sebenarnya, berhadapan dengan masyarakat. Ya, Berhadapan dengan masyarakat yang penuh dengan nilai-nilai norma sosial, agama, budaya, setidaknya membuat kader HMI memiliki kecakapan untuk tampil sebagai sosok intelektual ataupun pemimpin baru yang menjanjikan di masa mendatang. Itulah kader HMI yang dibentuk di Universitas sebagai pemimpin bangsa Indonesia di tahun mendatang.

Fendi Chovi (Ditulis menyambut Dirgahayu HMI)
Dimuat di Kabar Madura edisi 27 Mei 2015

0 komentar:

Posting Komentar