Dirgahayu
ke-68 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tahun 2015 ini, setidaknya menjadi
catatan penting bagi perkembangan dan kemajuan untuk organisasi yang
turut mewarnai pemikiran generasi muda Indonesia tersebut.
Bagaimanapun,
kita harus akui, Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI, adalah
organisasi besar yang tumbuh di Indonesia. Dibawah sentuhan Lafran Pane,
sang pioneer, HMI mampu melahirkan orang-orang yang namanya tak asing
di ranah politik ataupun pemikiran islam. Sebut saja, Yusuf Kalla, kini
wakil presiden Indonesia, dan Nurcholis Majid, salah satu pemikir
kontemporer yang cukup disegani tidak hanya di Indonesia. Mereka adalah
alumni yang dikader di laboratorium Himpunan Mahasiswa Islam dengan
semangat insan cita, sebagai ruh pemompa kemajuan kader-kader HMI.
Tentu,
keberhasilan kader HMI di masa lalu, harus mampu dijadikan sebagai
warisan positif agar generasi HMI di masa mendatang, pun lebih sukses
lagi. Terlebih, momemtum perayaan ulang tahun HMI tanggal 5 Februari
yang baru terlewati, seharusnya mampu menjadi kan semangat juang
anak-anak HMI bangkit kembali.
Memaknai Insan Cita HMI
Untuk
memaknai insan cita, apalagi hendak menerapkannya di dalam misi
mendidik mahasiswa maka perlu diingat bahwa syarat menjadi HMI sebagai
organisasi kader dan organisasi perjuangan adalah mendidik anggota yang
sadar bukan penurut. Mahasiswa yang aktif di HMI diharapkan bahwa mereka
benar-benar sadar untuk ikut berproses menjadi, tumbuh dan berkembang
dan berpikiran maju, bukan kader yang menuruti ajakan teman-teman,
kakak, guru. Setidaknya, dengan kesadaran tersebut, membuktikan bahwa
kader HMI adalah kader-kader yang siap mengemban tugas, menjalankan
kegiatan diskusi, dialog dan berbicara tentang narasi perjuangan bangsa
di tangan mahasiswa. Maka, dengan kesadaran tersebut, sikap militansi
dan semangat untuk menghidupkan budaya diskusi, membaca dan menuliskan
pemikiran bisa terbangun secara aktif di HMI.
Nah, seperti
dikemukakan dalam buku Pergolakan Pemikiran Islam : Sebuah Catatan
Harian karya Ahmad Wahib bahwa emosi insan cita akan melahirkan scientific creativity atau developed creativity
maka Insan Cita HMI adalah mereka, kader HMI yang berkemampuan
akademis, bersikap hidup kreatif dan berwatak pengabdi dan bernafaskan
islam.
Insan cita HMI merupakan cermin dari wajah-wajah prestasi
perjuangan anak-anak HMI. Jangan sampai kita menjadi anggota HMI,
Mengutip Sartre- tetapi perilaku kita tidak otentik dengan semangat
orang-orang HMI. Itulah yang harus menjadi nafas bagi mahasiswa, yang
ikut andil menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Islam. Nah, bagaimana
menjalankan peran HMI sebagai insan cita?
Untuk itu, salah satu
bukti konkret terlaksanya penerapan insan cita HMI di tubuh aktivis HMI
di dalam diri mahasiswa, terlihat saat mahasiswa memiliki indek prestasi
(IP-nya) yang mengagumkan, tidak apatis untuk aksi turun ke jalan (baca
: demontrasi), meneriakkan perlawanan pada kebijakan pemerintah yang
tidak pro rakyat. Mereka adalah kader HMI yang mengamalkan insan cita.
Sebaliknya, jika kader HMI terlalu memprihatinkan secara akademis,
pemikiran, ataupun rekam jejak yang baik. Barangkali, mereka adalah
mahasiswa yang kehilangan “ruh” insan cita yang ada pada HMI.
Untuk
itu, semangat memaknai insan cita dan mengaplikasikannya dalam nuansa
dunia akademik di kalangan mahasiswa ataupun ketika keluar dari
perguruan tinggi menjadikan mereka sebagai generasi yang siap mengemban
tanggung jawab sosial dalam urusan kebangsaan.
Dari Universitas untuk Indonesia
Perguruan
tinggi, adalah panggung pembelajaran bagi mahasiswa untuk menempa
keterampilan diri, bermental pemenang, memiliki keuletan, dan mampu
mengelola organisasi. Maka, tidak mengherakan lulusan sebuah Universitas
merupakan harapan terbaik sebagai pemimpin bangsa di masa-masa yang
akan datang. Terlebih trifungsi mahasiswa menegaskan bahwa mahasiswa
adalah agent of change, sosial control dan man of analisis
yang tugasnya berperan sebagai pengganti generasi terdahulu untuk
mengambil posisi dalam mempertahankan kemajuan bangsa. Maka, sebagai
mahasiswa, kader HMI harus ikut ambil posisi untuk membuat diri lebih
matang dalam menanggung tanggung jawab dalam dunia akademik, organisasi
ataupun prestasi.
Sebagaimana diungkapkan Ahmad Wahib, pemuda kelahiran Sampang ini, menguraikan bahwa emosi insan cita HMI akan melahirkan sikap scientific creativity atau developed creativity,
setidaknya bisa dimaknai bahwa kader HMI merupakan mahasiswa yang siap
menghasilkan kreativitas berbau ilmiah, salah satunya yaitu menghidupkan
kajian-kajian semisal dialog seputar kebangsaan, keagamaan, mencari
solusi atas berbagai tantangan bangsa di masa mendatang. Dan terlebih
menghidupkan spirit berkreativitas sesuai misi trifungsi mahasiswa yang
salah satunya adalah sebagai agent of change, maka mahasiswa
aktivis HMI, harus mampu berkarya, mendidik, dan berkontribusi bagi
kemajuan bangsa. Tentu, dengan pelajaran penting selama jadi mahasiswa,
maka kader HMI hanya menunggu waktu untuk memerankan tugasnya di
kehidupan yang sebenarnya, berhadapan dengan masyarakat. Ya, Berhadapan
dengan masyarakat yang penuh dengan nilai-nilai norma sosial, agama,
budaya, setidaknya membuat kader HMI memiliki kecakapan untuk tampil
sebagai sosok intelektual ataupun pemimpin baru yang menjanjikan di masa
mendatang. Itulah kader HMI yang dibentuk di Universitas sebagai
pemimpin bangsa Indonesia di tahun mendatang.
Fendi Chovi (Ditulis menyambut Dirgahayu HMI)
Dimuat di Kabar Madura edisi 27 Mei 2015
0 komentar:
Posting Komentar